BNPB: MASIH ADA 5.000 WARGA PETOBO DAN BALAROA YANG BELUM DITEMUKAN

BNPB: MASIH ADA 5.000 WARGA PETOBO DAN BALAROA YANG BELUM DITEMUKAN

Tim SAR gabungan terus mencari korban hilang pascagempa dan tsunami yang melanda Donggala, Palu, dan sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah. Hingga Sabtu (6/10), Badan SAR Nasional (Basarnas) kembali menemukan 111 korban meninggal dunia. Sebagian besar korban berasal dari Balaroa dan Petobo, Palu.
“Dengan rincian, di Hotel Roa-roa 1 orang, Balaroa 83 orang, Petobo 16 orang, Mercure 4 orang dan Jalan Kartini 2 orang,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Minggu (7/10).
“Korban lainnya ditemukan di Kota Sigi, tepatnya di Biromaru, sebanyak 5 orang,” sambung Sutopo.
Berdasarkan data BNPB, hingga saat ini, korban hilang di Petobo dan Balaroa mencapai 165 orang. Namun, dalam konferensi pers kali ini, Sutopo mengutip laporan kepala desa di Balaroa dan Petobo.
Kepada BNPB, mereka melaporkan masih ada 5.000 warganya yang belum ditemukan. Akan tetapi, kata Sutopo, angka tersebut masih harus kembali dikonfirmasi.
“Laporan dari kepala desa terdapat 5.000 orang yang belum ditemukan, ribuan rumahnya di Balaroa, di Petobo 2.050 unit. Tentu banyak juga jumlah penduduknya. Dan berdasarkan penuturan (kepala desa), ada 5.000 orang yang belum ditemukan,” ucapnya.
“Namun, petugas masih terus melakukan konfirmasi, pendataan. Memang tidak mudah untuk mendata berapa pasti korban yang tertimbun oleh material longsoran maupun likuifaksi (tanah bergerak) lumpur, dan evakuasi terus dilakukan,” imbuh Sutopo. Perumahan Petobo dan Balaroa memang menjadi wilayah yang rusak parah akibat gempa 7,4 magnitudo. Kondisi tanah di kawasan Balaroa yang fluktuatif dan terletak di atas jalur sesar Palu Koro, membuat wilayah itu lenyap. Sedangkan wilayah Petobo amblas ditelan lumpur lantaran mengalami likuifaksi.
Sutopo mengaku, saat ini, pihaknya membutuhkan 51 alat berat dan 6 unit ekskavator amfibi untuk membersihkan puing-puing dan longsor. Khususnya, di wilayah yang terdampak likuifaksi. Menurutnya, daerah-daerah tersebut masih berlumpur dan membutuhkan alat yang lebih besar. Untuk membantu proses penanganan dan evakuasi, sudah ada 8.223 personel yang terjun langsung ke lapangan.
“Untuk di wilayah yang mengalami likuifaksi, wilayah Jono Oge, Kabupaten Sigi memerlukan ekskavator karena lumpur masih basah. Makanya gunakan amfibi sebanyak 6 unit,” pungkasnya. Data terakhir yang dihimpun BNPB pada Minggu pukul 13.00 WIB mencatat korban meninggal dunia akibat bencana ini sudah mencapai 1.763 orang. Dengan rincian, di Kabupaten Donggala 159 jiwa, Palu 1.519 jiwa, Sigi 69 jiwa, Parigi Moutong 15 jiwa, dan Pasar Kayu sebanyak 1 orang. (kumparan.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *